Keterbatasan bahan bakar minyak (BBM) membuat semakin mahalnya harga BBM tersebut. Kenaikan harga BBM yang tidak diikuti dengan kenaikan daya beli masyarakat akan menimbulkan masalah yang sangat kompleks mulai dari masalah ekonomi, sosial dan keamanan. Untuk mengurangi beban penggunaan BBM, ada beberapa energi alternatif yang sekarang banyak dilakukan riset baik dari segi harga keekonomiannya maupun dari segi keefektifannya.
Sekarang ini banyak peneliti dan para pengajar yang tertarik pada riset tentang renewable energy seperti tenaga angin, tenaga surya, tenaga mikro hidro dll. Banyak keuntungan yang diperoleh dari renewable energi diantaranya adalah aspek ramah lingkungan, namun ada beberapa alasan yang mengapa energi ini masih sedikit diterapkan dari total energi yang dikonsumsi masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Diantara alasan tersebut adalah masih mahalnya beaya investasi awal yang sulit dijangkau oleh masyarakat Indonesia yang notabene memiliki daya beli yang relative rendah.
Tidak hanya masalah investasi awal, masalah pengoperasian dan pengendaliannya juga perlu perlakuan khusus dibanding dengan pembangkit listrik yang konvensional. Seperti kita ketahui bahwa sumber energy terbarukan sangat fluktuatif dan sulit diprediksi secara pasti, sehingga tenaga yang dihasilkanpun akan ikut berfluktuatif terhadap waktu, sebagai contoh tenaga angin, kecepatan angin akan berubah-ubah sangat cepat terhadap waktu, sehingga jika dirubah menjadi listrik akan menghasilkan output yang fluktuatif baik tegangan, frekuensi maupun power.
Sedangkan di pihak user (pelanggan), diharapkan terjaminnya kestabilan tegangan dan frekuensi sehingga disinilah pentingnya pengendali yang bagus dan handal. sedangkan untuk mengatasi ketidakpastian power (daya) yang dihasilkan, diperlukan sumber tenaga lain seperti pembangkit listrik tenaga diesel yang diparalel dengan nya sehingga system seperti ini sering disebut Hybrid Wind-diesel power generation. Selain diesel, ada beberapa alternatif lain yang bisa dikoneksikan dengan system tersebut diantaranya adalah tenaga surya, fuel cell, microhydro dll. sehingga jika system tersebut membentuk suatu jaringan kecil itulah yang disebut microgrid power generation, yang masing-masing sumber tenaga tersebut juga mempunyai karaktersitik yang berbeda-beda pula.
Bagimana cara koneksinya, skema kontrolnya dan kapan masing-masing sumber energi digunakan?
Apa yang dilakukan ketika terjadi kelebihan sumber energy atau sebaliknya?
Apa saja peralatan pendukungnya?
Berapa beaya per KWh-nya untuk masing-masing jenis pembangkit?
Itulah yang membuat penelitian microgrid semakin menarik.
Cuk supriyadi
*Power System Dynamic and Stability
*Energy terbarukan
Staff Pusat Teknologi Industri Manufaktur
BPPT Pusat Jakarta
Sekarang ini banyak peneliti dan para pengajar yang tertarik pada riset tentang renewable energy seperti tenaga angin, tenaga surya, tenaga mikro hidro dll. Banyak keuntungan yang diperoleh dari renewable energi diantaranya adalah aspek ramah lingkungan, namun ada beberapa alasan yang mengapa energi ini masih sedikit diterapkan dari total energi yang dikonsumsi masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Diantara alasan tersebut adalah masih mahalnya beaya investasi awal yang sulit dijangkau oleh masyarakat Indonesia yang notabene memiliki daya beli yang relative rendah.
Tidak hanya masalah investasi awal, masalah pengoperasian dan pengendaliannya juga perlu perlakuan khusus dibanding dengan pembangkit listrik yang konvensional. Seperti kita ketahui bahwa sumber energy terbarukan sangat fluktuatif dan sulit diprediksi secara pasti, sehingga tenaga yang dihasilkanpun akan ikut berfluktuatif terhadap waktu, sebagai contoh tenaga angin, kecepatan angin akan berubah-ubah sangat cepat terhadap waktu, sehingga jika dirubah menjadi listrik akan menghasilkan output yang fluktuatif baik tegangan, frekuensi maupun power.
Sedangkan di pihak user (pelanggan), diharapkan terjaminnya kestabilan tegangan dan frekuensi sehingga disinilah pentingnya pengendali yang bagus dan handal. sedangkan untuk mengatasi ketidakpastian power (daya) yang dihasilkan, diperlukan sumber tenaga lain seperti pembangkit listrik tenaga diesel yang diparalel dengan nya sehingga system seperti ini sering disebut Hybrid Wind-diesel power generation. Selain diesel, ada beberapa alternatif lain yang bisa dikoneksikan dengan system tersebut diantaranya adalah tenaga surya, fuel cell, microhydro dll. sehingga jika system tersebut membentuk suatu jaringan kecil itulah yang disebut microgrid power generation, yang masing-masing sumber tenaga tersebut juga mempunyai karaktersitik yang berbeda-beda pula.
Bagimana cara koneksinya, skema kontrolnya dan kapan masing-masing sumber energi digunakan?
Apa yang dilakukan ketika terjadi kelebihan sumber energy atau sebaliknya?
Apa saja peralatan pendukungnya?
Berapa beaya per KWh-nya untuk masing-masing jenis pembangkit?
Itulah yang membuat penelitian microgrid semakin menarik.
Cuk supriyadi
*Power System Dynamic and Stability
*Energy terbarukan
Staff Pusat Teknologi Industri Manufaktur
BPPT Pusat Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar